Minggu, 05 Juni 2011

Dimuat 20 Mei 2011

INVESTASI RP 2,5 TRILIUN
Bandara Soetta Siap Jadi Hub Kargo Regional

JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II siap menjadikan Bandara Soekarno Hatta (Soetta) Cengkareng Banten sebagai pengumpul (hub) pengangkutan kargo di wilayah regional pada 2015. Itu terjadi setelah AP II merampungkan pembangunan terminal khusus kargo (cargo village) di bandara itu pada 2014 yang mampu menangani kargo hingga 1,5 juta ton per tahun untuk tahap awal.

Direktur Niaga AP II Sulistyo Wijayadi mengatakan, pembangunan cargo village sesuai dengan grand design pengembangan Bandara Soetta menempati lahan 50 hektare (ha) dan target awal 1,5 juta ton per tahun dipenuhi pada 2027. Adapun pembiayaan yang diperlukan sekitar Rp 2,5 triliun dan AP II akan menanggung biaya pengadaan lahan, pembangunan cargo apron, dan akses jalan menuju cargo village.

“Kalau terwujud, kami yakin Bandara Soetta bisa menjadi hub pengangkutan kargo di wilayah regional. Selain memiliki kapasitas besar, cargo village akan memiliki sistem pengelolaan dengan standar moderen dan tertata baik,” kata Sulistyo, dalam diskusi di Balitbang Kemenhub, Jakarta, Kamis (19/5).

Lebih dari itu, ungkap Sulistyo, pembangunan cargo village di Bandara Soetta untuk mengantisipasi lonjakan pertumbuhan kargo udara di Indonesia. Boeing, misalnya, memprediksi pertumbuhan kargo udara akan meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun dengan rata-rata pertumbuhan 5,9% per tahun. Pertumbuhan pasar kargo udara Asia akan terus memimpin industri kargo dunia, dipicu semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan India.

Sulistyo mengatakan, selama lima tahun terakhir pertumbuhan kargo di 12 bandara yang dikelola AP II menunjukkan tren positif. Pada 2010 menanjak 14,9% dari 2009 yang terkena imbas krisis ekonomi global. Khusus di Bandara Soetta, volume kargo menyumbang 85% terhadap total kargo yang dikelola AP II, yakni 510 ribu ton per tahun. Dari 12 bandara AP II, pergerakan kargo domestik lebih mendominasi hingga 55%, sedangkan internasional 45%. Khusus di Bandara Soetta, pergerakan kargo internasional mendominasi hingga 53%.

Kepala Subdit Pengembangan Usaha Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Djoko Murjatmodjo mengatakan, salah satu upaya pemerintah agar Bandara Soetta bisa menjadi hub pengangkutan kargo di wilayah regional atau paling tidak di domestik adalah penerapan agen inspeksi (regulated agent) di Bandara Soetta. Bandara Soetta memiliki lalu lintas kargo terbesar di Tanah Air, namun kurang tertata dan kerap kali tingkat keamanannya kurang.

Terpaksa ke Singapura

Presdir PT Cardig Air Boyke P Soebroto mengakui, Cardig terpaksa melakukan pengangkutan kargo udara dengan hub Bandara Changi, Singapura. Pasalnya, Bandara Soetta belum memungkinkan dijadikan hub pengangkutan kargo akibat keterbatasan infrastruktur dan keamanan di bandara.

“Kami sulit bermain di domestik, makanya kami menggarap pasar regional dengan Singapura sebagai hub. Jadi. sebelum ke Eropa, Jepang, atau Hong Kong misalnya, transit dulu di Singapura,” kata dia.

Menurut Boyke, Singapura memang memiliki kebijakan yang sangat menguntungkan bagi maskapai penerbangan. Misalnya, Cardig Air menikmati fasilitas bebas bea parkir, bea lalu-lintas penerbangan, dan biaya pendaratan (landing fee) selama tiga tahun. Bahkan, menikmati subsidi US$ 300 ribu untuk biaya promosi karena Cardig Air pendatang baru.

“Kami buka rute berjadwal Singapura-Balikpapan, ini rute yang paling menguntungkan buat kami. Balikpapan yang memiliki industri migas membuat potensi pengangkutan kargo di wilayah itu begitu besar," kata dia.

Lebih jauh Boyke mengungkapkan, untuk pengangkutan kargo di rute domestik oleh maskapai khusus kargo (freighter) seperti Cardig Air sulit menuai keuntungan. Selain maskapai freighter harus bersaing dengan maskapai kombinasi (penumpang dan kargo), juga harus menikmati potensi pasar kargo yang belum jelas dan kenaikan harga avtur.

“Rute Jakarta-Ujung Pandang-Manado-Hong Kong- Jakarta misalnya, kapasitas yang tersedia 18 ton tapi hanya terisi 6 ton. Bahkan, ketika kami mengangkut ikan tuna, selama enam bulan dalam setiap bulan hanya terisi 4 ton, setelah diselidiki ternyata nelayan lebih suka jual langsung ke Filipina daripada dibawa ke Bitung untuk diangkut ke Hong Kong,” ujar dia. (ari)


Volume Kargo Udara Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng
(Ton/Tahun)

Tahun Domestik Internasional Total
2005 176.979 159.134 336.113
2006 181.623 189.643 371.266
2007 203.747 260.593 464.34
2008 224.556 260.945 485.501
2009 216.423 216.756 433.179
2010 240.502 269.940 510.442
Sumber : PT Angkasa Pura II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar